Oleh: Iman Sembada
Menulis bisa dilakukan siapa saja. Apalagi dalam situasi sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan. Profesi menjadi penulis bisa dijadikan alternatif untuk memperoleh penghasilan.
Jika sudah menjadi penulis profesional, penghasilan dari honor-honor menulis itu sudah bisa dijadikan andalan untuk menopang hidup penulis. Apalagi jika menjadi penulis buku yang best seller. Sudah punya nama besar. Bahkan jika ada yang meminta kesediaannya untuk menjadi pemakalah atau narasumber di forum diskusi atau seminar-seminar, tentu saja seorang penulis berhak memasang tarif yang tidak sedikit, sesuai kapasitas masing-masing penulis. Sah-sah saja seorang penulis profesional memasang tarif tinggi. Tidak ada masalah jika penulis dengan pihak panitia yang mengundang sepakat. Apalagi jika penulis itu hanya mengandalkan penghasilan dari menulis.
Satu contoh yang masih hangat yang mencuat ketika Tere Liye meminta tarif yang anggap terlalu tinggi beredar di media sosial. Kelirukah atau salahkah Tere Liye? Tentu saja tidak. Setuju atau tidak setuju itu hal yang lumrah. Biasa saja dan bisa terjadi terhadap siapa saja. Tere Liye berhak menentukan berapa harga tulisannya atau kesediaannya sebagai narasumber.
Hal itu bisa dan biasa dilakukan penulis yang sudah “jadi”. Sudah punya nama besar. Penulis yang sudah punya “jam terbang” tinggi. Punya kemampuan dan kapasitas intelektualnya sudah tidak diragukan lagi. Setiap penulis tentu ingin dihargai produk-produk tulisannya. Ingin dihargai pula usaha-usahanya. Seperti artis yang tarifnya terus menanjak naik seiring popularitasnya di dunia hiburan.
Namun, ada juga penulis profesional yang tidak selalu menggunakan patokan atau perhitungan ekonomis atau unsur-unsur finansial karena penulis sudah tahu situasi dan kondisi serta ketidakmampuan panitia yang mengundangnya. Memang tidak banyak penulis profesional yang melakukan hal demikian. Setidaknya, bukan tidak ada penulis profesional yang rela, sekali-dua, gratisan. Tidak selalu komersial. Peran penting penulis adalah memberi penyadaran dan pencerahan kepada publik.
Bagi penulis profesional, memasang tarif merupakan upaya untuk mendapatkan haknya secara pantas dan patut. Sebagaimana profesi-profesi lainnya, penulis adalah profesi atau jenis pekerjaan yang otonom.
Penulis profesional itu sudah melalui proses panjang. Tidak bisa dengan cara instan atau karbitan. Proses panjang yang ditempuh penulis itu yang menjadikannya matang dan profesional. Maka, penulis punya “harga” yang variatif. Sebab setiap penulis punya perspektif yang berbeda soal “harga”. Penulis berhak hidup layak dan mapan dari penghasilan menulis. Untuk mendapatkan bahan atau referensi guna mendukung ide atau gagasan yang hendak dituliskannya, penulis harus observasi dan bahkan melakukan riset terlebih dahulu. Hal itu pun butuh biaya. Tidak gratis. Apalagi jika harus membeli buku-buku.
Jadi, sudah saatnya penulis mengangkat derajat kehidupannya melalui “harga” produknya atau ketika diundang untuk menjadi narasumber diskusi, seminar, workshop, dan pembacaan puisi, dan Sudah saatnya pula mengikis paradigma bahwa menulis tidak bisa membuat penulisnya menjadi kaya.
0 komentar:
Posting Komentar